Dr. Anies Rasyid Baswedan, Ph.D, (lahir di Kuningan, Jawa Barat,
7 Mei
1969; umur 45 tahun) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia ke-26. Ia adalah seorang intelektual
dan akademisi asal Indonesia. Cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan, ia menginisiasi Gerakan
Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda
yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2007,
saat menjadi rektor Universitas Paramadina pada usia 38 tahun.
Anies Baswedan merupakan putra pasangan Rasyid
Baswedan (Mantan Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia) dan Aliyah (Guru
Besar Universitas Negeri Yogyakarta). Anies mulai mengenyam bangku pendidikan
pada usia 5 tahun di TK Masjid Syuhada. Menginjak usia 6 tahun, Anies kecil
melanjutkn pendidikan di SD Laboratori di Yogyakarta.
Setelah SD, Anies diterima di SMP Negeri 5 Yogyakarta dan bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMPnya itu. Ia menduduki jabatan sebagai pengurus bidang humas yang dijuluki sebagai “seksi kematian,” yang tugasnya mengabarkan berita kematian. Anies juga pernah ditunjuk menjadi ketua panita tutup tahun di SMP-nya. Lewat ini pula, jiwa kepemimpinan Anies muncul. Lulus dari SMP, Anies meneruskan pendidikannya di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi Wakil Ketua OSIS, dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus orang Ketua OSIS se-Indonesia. Hasilnya, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS se-Indonesia pada tahun 1985.
Setelah SD, Anies diterima di SMP Negeri 5 Yogyakarta dan bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMPnya itu. Ia menduduki jabatan sebagai pengurus bidang humas yang dijuluki sebagai “seksi kematian,” yang tugasnya mengabarkan berita kematian. Anies juga pernah ditunjuk menjadi ketua panita tutup tahun di SMP-nya. Lewat ini pula, jiwa kepemimpinan Anies muncul. Lulus dari SMP, Anies meneruskan pendidikannya di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi Wakil Ketua OSIS, dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus orang Ketua OSIS se-Indonesia. Hasilnya, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS se-Indonesia pada tahun 1985.
Anies terpilih menjadi peserta AFS pada tahun 1987,
program pertukaran pelajar siswa Indonesia-Amerika. Selama satu tahun Anies
tinggal di Milwakuee, Wisconsin, Amerika Serikat. Satu tahun di Negeri Paman
Sam cakrawala berpikirnya terbuka luas.. Karena program ini, ia harus menempuh
masa SMAnya selama empat tahun dan baru lulus pada tahun 1989.
Sekembalinya ke Yogyakarta, Anies mendapat
kesempatan berperan di bidang jurnalistik. Ia bergabung dengan program Tanah
Merdeka di Televisi Republik Indonesia cabang
Yogyakarta, dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional. Pengalaman
ini membuat ia banyak belajar dari kehidupan orang-orang besar.
Suami dari Fery Farhati Gani ini pernah berkuliah di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta di Fakultas Ekonomi pada tahun 1989-1995.
Ia juga tetap menggeluti dunia organisasi di masa kuliahnya, ia bergabung
dengan Himpunan Mahasiswa Islam dan menjadi salah
satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI UGM. Ia pernah menjabat sebagai
Ketua Senat Universitas pada kongres tahun 1992. Anies juga membentuk Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif memosisikan senat sebagai
lembaga legislatif.
Pada tahun 1993, Anies mendapat beasiswa dari untuk JAL
(Japan Airlines Scholarship) Foundation
untuk mengikuti kuliah musim panas di Sophia University, Tokyo dalam bidang kajian
Asia. Beasiswa ini ia dapatkan setelah memenangkan sebuah lomba menulis
mengenai lingkungan.
Pada tahun 1996, Anies menikah dengan Fery Farhati
Ganis. Pasangan ini kini telah dikaruniai empat orang anak.
Keinginan untuk terus belajar membawa Anies mendapat beasiswa melanjutkan studi master bidang International Security and Economic Policy di University of Maryland, College Park. Ia juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di universitasnya, dan lulus pada bulan Desember 1998.
Sesaat setelah lulus dari Maryland, Anies kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University pada tahun 1999. Dia bekerja sebagai asisten peneliti di Office of Research, Evaluation, and Policy Studies di kampusnya, dan meraih beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya diberikan kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun 2004. Disertasinya doktoralnya yang berjudul Regional Autonomy and Patterns of Democracy in Indonesia menginvestigasi efek dari kebijakan desentralisasi terhadap daya respon dan transparansi pemerintah daerah serta partisipasi publik, menggunakan data survei dari 177 kabupaten/ kota di Indonesia. Dia lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2010, Anies mendirikan Yayasan Gerakan
Indonesia Mengajar. Gerakan ini mengirimkan anak-anak muda terbaik bangsa
(Pengajar Muda) untuk mengajar di Sekolah Dasar (SD) di daerah terpencil.
Program ini ditujukan untuk mengisi kekurangan guru berkualitas dan menjadi
wahana kepemimpinan anak-anak muda terbaik agar memiliki kompetensi global dan
pemahaman akar rumput. Anies menjadi salah satu dari World’s 20 Future Figure
dari Majalah Foresight yaitu 20 orang yang diprediksi akan mengubah dunia dalam
20 tahun yang akan datang. Royal Islamic Strategic Centre, Yordania menempatkan
Anies Baswedan sebagai salah satu dari 500 orang di seluruh dunia yang dianggap
sebagai Muslim berpengaruh.
Pasca kemenangan pasangan Jokowi-JK dalam pilpres
2014, Anies diundang membantu Tim Transisi. Anies merupakan Deputi Tim Transisi
Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra). Bidang kerja Anies meliputi dua janji
utama Jokowi-JK dalam kampanye pilpres yakni Kartu Indonesia Sehat dan Kartu
Indonesia Pintar. Bidang ini juga meliputi beragam isu fundamental pembangunan
manusia Indonesia seperti pendidikan, pangan, dan kesehatan. Bersama tim
transisi bidang kesra Anies telah menghasilkan beragam isu, solusi dan masukan
kebijakan bagi pemerintahan Jokowi-JK ke depan.
Konsistensi Anies untuk terus mendorong orang baik
mengelola pemerintahan ia lakukan dengan menjadi juru bicara bagi pasangan
Jokowi-JK dalam pemilu presiden (pilpres 2014). Anies adalah tokoh yang paling
kerap disebut bersama dengan Jokowi di media sosial selain. Senada dengan
pernyataan Jokowi bahwa Anies dekat dengan kalangan anak muda, pengaruh Anies
sangat terasa pada dukungan beragam komunitas anak muda dan kreatif pada
pasangan Jokowi-JK. Sebagai jubir Anies banyak menyampaikan pesan-pesan positif
dan pendidikan politik bagi publik khususnya anak muda.